Friday, March 23, 2012

IDEALISME MASA MUDA

Dunia punya begitu banyak hal untuk ditawarkan. Aku sungguh beruntung, dibandingkan dengan para pendahuluku, bahwa masyarakat baru saja melalui suatu kelokan sehingga pintu-pintu menuju pendidikan yang lebih tinggi juga terbuka bagi perempuan. Walaupun mengakui bahwa aku seorang yang romantis, aku bukanlah jenis yang berpikiran-lemah. Aku sudah belajar cukup banyak untuk menyadari bahwa ada pencapaian yang lebih besar bagi para wanita dalam dunia di luar rumah. Aku memandang konsep pernikahan tradisional di banyak masyarakat dengan jijik – suatu lembaga yang dibuat oleh laki-laki bagi laki-laki untuk merantai perempuan dengan belenggu tugas-tugas rumah tangga dan untuk mengecilkan peran mereka menjadi obyek kesenangan semata. Aku yakin aku bisa unggul di masyarakat. Aku punya kesempatan dan kemampuan, dan aku ingin melakukannya. 

Di lain pihak, aku tidak siap untuk mencampakkan gagasan tentang pernikahan. Aku tetap perlu dicintai, merasakan hangatnya pelukan yang penuh kasih, bahu kukuh untuk disandari saat aku menangis sedih, dan seorang lelaki untuk berbagi mimpi serta kebahagiaan. Tetapi aku bertekad untuk tidak membiarkan diriku memasuki peran istri yang “tradisional”. Aku yakin bahwa rumah ideal ialah tempat di mana suami dan istri merupakan pasangan yang setara, mengambil keputusan dengan cara yang sama seperti yang kulakukan bersama rekan-rekan kerja dalam berbisnis – dengan banyak tawar-menawar dan kompromi. Aku yakin bahwa pekerjaan rumah tangga harus dibagi setengah-setengah – dibelah tepat di tengah. Aku yakin bisa menjadi wanita karir yang berhasil sekaligus istri yang hebat!

Saat itu tahun 1963, dan sebuah buku baru yang menggemparkan baru saja dilempar ke pasaran. Buku yang ditulis oleh Betty Friedan itu, the Feminine Mystique, menjadi buku terlaris dan mengubah jalannya sejarah dan kehidupan ribuan laki-laki dan perempuan muda. Friedan mendukung pembebasan perempuan dari peran istri/ibu untuk menemukan identitas pribadi mereka sebagai manusia dan terlibat dalam profesiprofesi untuk menjadi orang-orang yang berkembang. Dalam sepuluh tahun, bukunya terjual lebih dari dua juta eksemplar. Aku amat terkesan. Pandangan-pandangannya cocok dengan pandangan-pandanganku, dan aku menerimanya. Itu adalah masa ketika kaum wanita benar-benar melakukan gebrakan-gebrakan penting dalam masyarakat melalui politik, bisnis, pendidikan, hiburan, dan olahraga. Kami semua terseret dalam gerakan Kebebasan Perempuan, bertarung demi kesetaraan hak dan persamaan. Apa maksudnya itu, tak seorang pun di antara kita yang benar-benar tahu. Dalam berondongan kegiatan-kegiatan, aku tidak bertanya pada Alkitab, untuk melihat apa kata Tuhan tentang semua ini. Aku tak mau repot-repot. Tak jadi masalah pada masa sekarang menurutku, tapi suatu saat nanti itu akan terlihat ketika aku sudah menikah.

Apa yang seharusnya menjadi puncak khayalanku ternyata adalah dibangunkan secara kasar pada kenyataan, dan aku menyadari bahwa idealisme-idealisme masa mudaku tidak bisa dijalankan (Wanita dalam Alkitab, Susan Estrada – Pacifica, California, AS)

No comments:

Post a Comment